Sejarah
Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum
Pada Masa Kepemimpinan
KH. Abdurrahman Lathief
Pada Masa Kepemimpinan
KH. Abdurrahman Lathief
Biografi KH. Abdurrahman Lathief
KH. Abdurrahman Lathief beliau putra
dari KH. Abdul Lathief seorang tokoh masyarakat di desa Rajasinga dengan NY.
SOFIYYAH. KH. ABDUL LATHIEF berketurunan Mbah Merata yang berasal dari Madura
yang datang sebelum Kewalian Cirebon. Beliau dijadikan menantu oleh Golongan
Sultan Cirebon melalui sayembara, Beliau wafat pada tanggal 05 Juli tahun 1980
M. NY. SHOFIYYAH Binti AISYAH beliau berketurunan Mbah Kuwu Sangkan
Cirebon Girang, beliau wafat pada tanggal 29 Oktober tahun 1992. KH.
Abdurrahman Lathief lahir kira-kira tahun 1938 dan wafat pada tanggal 19
Desember 2009.
Sejarah Pendidikan
Setelah beliau (KH. Abdurrohman
Lathief) menghatamkan Al Qur'an dan kitab-kitab kecil lainnya maka timbullah
keinginan beliau untuk memperdalami ilmu agama maka beliau minta izin
untuk berangkat ke pesantren. Adapun pesantren yang pernah beliau alami adalah
sebagai berikut :
- Pesantren Majasi Jatibarang - Indramayu, dengan pengasuh Bapak KH. ABDUL MUIN.
- Pesantren Kampung Lampegan Simpar - Pegaden Baru - Subang, dengan pengasuh Bapak KIYAI ABDUL WAHID.
- Pesantren Babakan Maja - Pegaden Baru - Subang, dengan pengasuh Bapak KIYAI HARUN.
- Pesantren Arjawinangun - Cirebon, dengan pengasuh Al Jalal, AS SYAIKH SYATORI. Beliau adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh. Beliau berketurunan Sultan Cirebon. KH. SYATORI beserta keluarga pernah mengunjungi Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum pada tahun 1996 M. Dalam Rangka Haflah Imtihan. Dan diantara Fatwa-fatwanya adalah : “Seribu anggota jangan dianggap seribu, tapi anggaplah satu. Dan satu musuh jangan dianggap satu, tapi anggaplah seribu”. Bapak KH. SYATORI wafat pada tahun 1969 M.
- Pondok Pesantren Lirboyo-Kediri-Jawa Timur. Dengan pengasuh Al Jalal AS SYAIKH MARZUQI DAHLAN dan Al Jalal AS SAYAIKH MAHRUS ALI. Berasal dari Indramayu-Cirebon. Bapak KH. ABDURRAHMAN LATHIEF pada waktu mesantren di Kediri mulai dari tahun 1955 sampai dengan tahun 1959 M. Setelah itu pulang ke kampung halaman (Boyong) ke Desa Rajasinga -Cikedung-Indramayu.
Beliau pada waktu mesantren di Kediri diglobalkan menjadi
tiga masa yaitu :
- Masa Anak Baru / Santri Baru, pada masa ini beliau sangat bingung memikirkan nasib tidak kerasan (ora betah) dan nasib ujian yang berat dan sukar dipecahkan. Pada masa ini yang mana tepatnya pada bulan Ramadhan beliau telah bermimpi dengan Khadrati Rasul, dan di dalam mimpi itu Rasulullah memberikan sebatang rokok dari bungkusan upet tambang. Masa ini kira-kira tiga bulan.
- Masa Belajar, yang mana beliau pada masa ini mendapat ketenanganan dan ketentraman juga tekun dalam menghadapi pelajaran, sehingga dalam waktu tiga tahun dapat menamatkan sekolah.
- Masa Setelah Keluar dari Sekolah, pada masa ini beliau sangat bingung disebabkan :
a.
Beliau menganggap bahwa ilmu yang
diperoleh belum lengkap.
b.
Di kampung halaman beliau waktu itu
sangat dikhawatirkan keadaannya karena banyak gerombolan-gerombolan.
Oleh karena itu pada masa ini beliau sangat menghendaki
pulang karena keadaan yang tidak menentu.
PERANAN ALMARHUM MAMA ABDURROHMAN LATHIEF DI MASYARAKAT
Setelah sekian lama beliau mengkaji
dan mempelajari ilmu agama, maka pada tahun 1960 beliau mulai terjun ke
masyarakat. Setiap siang dan malam beliau didatangi pemuda dan pemudi untuk
belajar Barzanji, Qiroah dan Lagu-lagu Arab. Yang akhirnya sering panggil oleh
Sohibul Hajat disamping itu juga beliau sering dipanggil untuk Da'wah Islamiyah
oleh ahli kampung di kampungnya masing-masing namun beliau berfikir apakah
benar sikapku demikian? Dan jawab beliau sendiri “Tidak Benar”.
Setelah memikirkan nasib yang demikian
beliau mencari jalan keluar, maka beliau membanting tulang menghadap ke Khadrat
Allah SWT. dengan melalui Mbah Buyut Agrantaka / Mbah Kuwu Sangkan dengan
bertujuan minta kedudukan yang sesuai dengan keadaan beliau.
Sehingga pada waktu seketika, beliau
bermimpi dan dalam mimpi itu dijanjikan oleh Mbah Buyut bahwa adanya jawaban
nanti tanggal 15 malam Jum'at Keliwon agar menghadap beliau di makamnya setelah
tiba waktunya yakni tanggal 15 malam Jum'at Keliwon beliau pergi ke makam.
Buyut Agrantaka, kemudian beliau bermimpi, dan dalam mimpi itu beliau ditanya
dan diberi satu baju dan satu celana, dan pada waktu mengenakan baju Mbah Buyut
berkata : “Iki Kelambi Kereh”. Setelah itu dilain waktu (Mama) diberi lagi satu
pusaka bernama Naga Runting.
Setelah kurang lebih tiga bulan
lamanya beliau membanting tulang. (masa riyadloh) maka beliau mulai membangun
membela masyarakat menurut kekuatan beliau. Adapun yang pertama beliau bangun:
1.
Membangun langgar kecil (musholla) yang
amat sederhana terbuat dari papan dan bambu, bangunan itulah yang merupakan
cikal bakal Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum dengan ukuran 3x5 meter, pemberian
dari orang kaya.
2.
Membangun kolam putra dengan ukuran 7x9
meter.
3.
Letak atau lokasi pesantren
- Dari jalan besar kira-kira 40 meter.
- Dari hutan loyang kira-kira 5 km.
- Dari Kawedanan Losarang kira-kira 10 km.
- Dari Kabupaten Indramayu kira-kira 30 km.
LATAR BELAKANG BERDIRI DAN PERKEMBANGANNYA
Membangun pesantren bukanlah sesuatu
yang dianggap mudah. Karena banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus
dipecahkan dengan berbagai aktivitas yang dapat menyelesaikan tantangan dan
hambatan tersebut.
Setelah beliau Riyadlhoh dan
mendapatkan jawaban dari Mbah Buyut Agrantaka untuk membangun pesantren maka
beliau mempersiapkan dirinya, tampil ke muka untuk membangun pesantren membela
masyarakat, agama, bangsa, dan negara menurut kemampuan beliau yang ada.
Maka pada tahun 1381 H. / 1961 M.
Beliau mulai membangun di kampung yang masih rawan yang disekelilingnya
dirimbuni pohon-pohon yang besar dan rerimbunan pohon-pohon bambu. Tapi setelah
beliau membuka dengan diikuti masyarakat yang pro dengan beliau maka daerah
tersebut merupakan daerah paling terang dari rerimbunan pohon dari mulai daerah
yang paling sunyi, menjadi daerah yang ramai. Dari mulai daerah yang terpencil
menjadi daerah yang paling banyak tetangganya.
DANA PESANTREN
Setiap usaha tanpa bekal atau pun dana
tidaklah akan terlaksana dengan baik. Walaupun usaha ini dijalanai dengan
semangat untuk mencapai kesejahteraan umat khususnya masalah kemajuan di bidang
pendidikan islam.
Beliau membangun pesantren pada tahun
1961 M. Dengan menggunakan dana pribadi dan sumbangan dari masyarakat adapun
perinciannya sebagai berikut :
1. Dari tahun 1961
s/d 1962 menggunakan dana pribadi.
2. Dari tahun 1962
s/d 1963 menggunakan :
a.
Dana Pribadi
b.
Dana Masyarakat
3. Dari tahun 1964
s/d 1968 menggunakan :
a.
Dana Pribadi
b.
Dana Masyarakat
4. Dari tahun 1969
s/d 1970 menggunakan :
a.
Dana pribadi
b.
Dana perwakilan agama kabupaten
c.
Dana kuliah Jum'at.
HAMBATAN-HAMBATAN
Adalah merupakan sunnatullah
(kebiasaan) apabila setiap ada perintis pembangunan atau usaha yang baik untuk
mengalami berbagai hambatan dan rintangan. Dalam hal ini tentu diperlukan suatu
usaha yang semaksimal mungkin disamping mempunyai keyakinan yang teguh bahwa
semua yang dilakukan itu akan berhasil dan mendapat ridho dari Allah SWT.
Sekian lama, sekitar 9 tahun pesantren
Miftahul 'Ulum merintis, membangun, mendoktrin kader-kader ulama yang dapat
bertanggung jawab baik terhadap agama, bangsa maupun negaranya walaupun harus
melintasi segala tantangan serta krikil-krikil tajam yang menghambat
perkembangan itu.
Menurut beliau yang bersumber dari
gurunya yakni KH. Syathori Arjawinangun Cirebon, bahwa apabila seseorang
membangun pesantren maka orang tersebut harus menempuh empat puluh macam
cobaan. Dan diantara Petuah KH. Syatori adalah “Jangan merasa berjuang sebelum
menempuh waktu empat puluh tahun”. Seandainya dapat menempuh masa tersebut maka
Insya Allah pesantren yang ia rintis akan berjalan terus dengan mapan. Dan
menurut beliau fatwa-fatwa dari gurunya itu memang benar, karena beliau dari
mulai merintis sampai sekarang tidak terlepas dari godaan itu, baik hambatan
ekstern maupun intern.
Adapun ujian/cobaan yang paling besar
adalah jatuh pada tahun 1970 M. Dimana musuh-musuh dan orang yang benci dengan
pesantren ingin menutup pesantren dan memenjarakan pengasuhnya walau hanya
dalam sau hari. Tapi alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT, akhirnya
selamat, aman dan tentram dan pesantren tetap berkembang sampai sekarang.
Bahkan Pada tahun 1982 ada sekumpulan
orang yang hendak berusaha mencoba membunuh beliau dan keluarganya karena
masalah politik.
CATATAN PERKEMBANGAN PESANTREN
Setelah pesantren Miftahul ‘Ulum dapat
menghalau hambatan-hambatan yang besar, maka
perkembangan pesantren Miftahul ‘Ulum semakin pesat. Diantara kemajuan-kemajuannya ialah :
perkembangan pesantren Miftahul ‘Ulum semakin pesat. Diantara kemajuan-kemajuannya ialah :
a.
Pada tanggal 3 Maret 1970 M. Mendapat
kunjungan dari Bandung, yang diketuai oleh Ibu Sari Banon dan sekertarisnya
Bpk. Syarif Hidayatullah dan anggota dari daerah Ka'ab
b.
Pada tanggal 16 Oktober 1971 M. Ada
kunjungan alim 'ulama dari Lebak Banten. Dan pada tanggal 16 Oktober 1971 juga Pesantren Miftahul 'Ulum
mendapat hadiah dari Bupati Indramayu berupa satu mesin diesel/ mesin air 3 PK.
c.
Pada tanggal 3 Maret 1972 M. Mendapat
undangan musyawarah pesantren se-JABAR di Cianjur.
d.
Pada tanggal 7 maret 1972 M. Menambah 2
lokal fasilitas pendidikan.
e.
Pada tanggal 9 Maret 1972 M.
Mendapat sumbangan dari masyarakat Rajasinga sebanyak 20
kwintal padi
kwintal padi
f.
Pada tanggal 27 Juni 1972 M. Mendapat
kiriman dari Departemen Agama Jakarta berupa perpustakaan sebanyak 25 stel
Al-Qur'an terjemah melayu.
g.
Setelah pengasuh pesantren silaturrahim
ke Bpk. H. Adam Malik ( Menlu RI ) pada tanggal 6 juli 1972 M. Maka pada
tanggal 6 Agustus 1972 delegasi Bpk. H. Adam Malik berkunjung ke Pondok
Pesantren Miftahul 'Ulum dalam rangka silaturrahim.
h.
Pada tanggal 27 Ramadhan 1392 H./3
Oktober 1972 M. Bpk. H. Adam Malik memberikan sumbangan . kepada Pesantren uang
sebesar Rp. 500.000,-
MADRASAH HIDAYATUL MUBTADI’IEN
Madrasah merupakan pengembangan dan
pembaharuan sistem belajar di Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum Rajasinga, yang
semula hanya menggunakan sistem sorogan dan bandungan. Dengan berdirinya
madrasah yang bernama Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien pada tahun 1963 M, sistem
belajar berkembang sebagaimana madrasah pada umumnya
ORGANISASI PESANTREN
Dengan berdirinya Pondok Pesantren
Miftahul 'Ulum lagi dengan semangat islami terbentuklah organisasi yang diberi
nama Jamiyyah Ashariyyah dibawah naungan Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum yang
di organisir oleh para santrinya, sembilan tahun yang lalu, yang sebelumnya
diberi nama Jam'iyyah Far'iyyah.
Memulai awal khidmahnya antara lain
melaksanakan program-progran kerja, dan melanjutkan program-program kerja
periode selanjutnya, antara lain meningkatkan kualitas santri dalam bidang
dakwah, pendidikan dan ekstra kulikuler lain-lainnya.
Secara keseluruhan keberadan Jam'iyyah
Ashriyyah bagaimanapun kondisinya tetap memiliki makna tersendiri bagi
anggotanya terutama mempertahankan lestarinya aqidah Ahlusunnah Wal
Jama'ah serta menanamkan panca jiwa Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum untuk
senantiasa sadar membina ukhuwah islamiyyah, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara demi tegaknya agama islam.
Dengan berdirinya Jam'iyyah Ashriyyah
maka terbentuklah organisasi yang diberi nama Jam'iyyah Maidah dibawah naungan
Jam'iyyah Ashriyyah, yang berdiri pada tanggal 9 Dzul-Qo'dah 1413 H./ 1 Mei
1993 M. Yang bertujuan untuk mempersatukan santri dibidang makan.
PENUTUP
Demikianlah catatan singkat mengenai Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum, semua yang terurai di atas adalah potret panjang Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum yang hingga kini berusia 52 tahun. Tapi sebenarnya belum semua peristiwa terekam dalam tulisan yang terbatas ini dan sejarah ini tertulis hanya sampai tahun 1972 M. Kecuali organisasi di atas.
PENUTUP
Demikianlah catatan singkat mengenai Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum, semua yang terurai di atas adalah potret panjang Pondok Pesantren Miftahul 'Ulum yang hingga kini berusia 52 tahun. Tapi sebenarnya belum semua peristiwa terekam dalam tulisan yang terbatas ini dan sejarah ini tertulis hanya sampai tahun 1972 M. Kecuali organisasi di atas.
Rajasinga, 10 Jmd. Awl
1414 H. / 26 Oktober
1993 M.
Sumber :
KH. Abdurrahman Lathief
Notula : Musaddad
Ditulis Ulang : 05
Juni 2009
Oleh : Torikul Azis
========================================================================
========================================================================
Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum
Pada Masa Kepemimpinan
KH. Ayip Abdullah Basyaiban
MASA KECIL ABAH AYIP
KH.
Syarif Abdullah Bsy. waktu kecil adalah termasuk seorang pribadi yang berbudi
luhur. Beliau juga termasuk anak yang berbakti pada orang tuanya. Diwaktu kecil
beliau sering membantu kesibukan kedua orang tua beliau. Selain itu beliau juga
selalu menghormati kakak-kakak beliau.
Beliau
adalah anak ke-5 dari 8 bersaudara. Sehari-hari beliau memakai bahasa arab
pasaran sebagai bahasa pengantar dalam keluarga. Ayah beliau Habib Abdurrahman
adalah seorang pedagang batik yang sukses. Ibu beliau Ibu Fatimah seorang ibu
rumah tangga.
Ketika
usaha ayah beliau mundur ayah beliau tidak serta merta putus asa. Beliau
merintis kembali usaha beliau dengan menjadi pedagang batik keliling, serta
mejajakan kitab juga minyak wangi. Sedangkan ibu beliau membuat kue dan abah
(KH. Syarif Abdullah Bsy.) yang menjajakannya untuk membantu perekonomian
keluarga.
Dalam
kehidupan sehari hari, beliau termasuk orang yang mudah bergaul. Beliau
memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Selain beliau matang dalam
pelajaran diniyah, beliau juga tidak ketinggalan dalam pelajaran umum. Hal ini
karena sebelum berangkat mondok beliau sempat menamatkan sekolah umum. Hal ini
yang akhirnya membuat beliau sangat toleransi antara pelajaran diniyah dan
umum.
SEJARAH PENDIDIKAN BELIAU
Beliau
mendalami ilmu agama mulai dari ketika beliau masih dirumah yang dibimbing
langsung oleh ayah beliau. Selain kepada sang ayah, beliau juga mengaji kepada
Ust. Bayhaqi, seorang alim ulama yang masyhur di Pekalongan saat itu. Hubungan
beliau dengan Ust. Bayhaqi begitu dekat. Beliau sering menginap di rumah Ust.
Bayhaqi yang kebetulan tidak begitu jauh dari rumah beliau. Bersama Ust.
Bayhaqi beliau sering melekan hinggga pagi untuk membahas suatu permasalahan
ilmu.
Ada
cerita menarik tentang kedekatan hubungan beliau dengan Ust. Bayhaqi. Menurut
adik beliau Ust. Habib Musthofa Bsy. yang bersumber langsung dari abah. bahwa
beliau pernah bercerita, ketika itu abah sudah berkhidmah di pondok pesantren
Miftahul ‘Ulum. Kebetulan beliau sedang mengajar kitab Hikam yang bercerita
tentang seorang murid yang ditinggalkan oleh sang guru. Ditengah-tengah
mengajar beliau mendapat kabar bahwa Ust. Bayhaqi meninggal. Beliaupun kaget
bercampur heran, karena keadaannya sama persis dengan apa yang beliau sedang
ajarkan, yakni seorang murid yang ditinggalkan oleh sang guru. Akhirnya, beliau
ingat bahwa guru yang pertama mengajar beliau kitab Hikam adalah ust. Bayhaqi.
Lalu
beliau memutuskan untuk pergi ke pesantren. Diantara pesantren yang pernah
beliau tempati ialah :
1. Pesantren di Kaliwungu, tahun 1966 s/d 1969
2. Pesantren Sarang, yang diasuh oleh KH. Maemun Zubair pada tahun 1969 s/d 1979
3. Pesantren di Banyuwangi
PERJALANAN BELIAU SAMPAI KE MIFTAHUL ‘ULUM
Mama
yai Abdurrahman Lathief sebagai pengasuh pondok pesantren Miftahul ‘Ulum
melihat dan memperhatikan bahwa putri beliau yang pertama Masyitoh sudah
saatnya untuk mempunyai pendamping. Beliaupun berkeinginan agar seseorang yang
akan menjadi menantu beliau kelak adalah orang yang mempunyai pandangan dan
cita-cita yang sejalan dengan beliau.
Sebagai
seorang ayah yang baik, beliaupun berikhtiar mencarikan jodoh yang terbaik bagi
putri pertama beliau ini. Akhirnya suatu ketika beliau menunaikan ibadah haji ke
Baitullah. Ditanah suci tersebut beliau berdo’a agar dikaruniai seorang menantu
yang bisa meneruskan perjuangan beliau. Akhirnya, do’a beliaupun dikabulkan
oleh Allah dengan biberi gambaran wajah calon menantunya kelak.
Sepulangnya
dari tanah suci, beliau kembali menjalani aktivitas beliau. Suatu hari beliau
mengadakan Bahtsul Masaail bersama beberapa kiai di Indramayu.Diantara yang
hadir adalah Ust. Mukromin. Ust. Mukromin adalah salah seorang teman Abah Ayip
semasa mondok di Sarang.
Mama pun mengobrol dengan Ust. Mukromin tentang keinginan
beliau memiliki menantu yang dapat meneruskan perjuangan beliau. Ust. Mukromin
pun menjawab bahwa beliau mempunyai seorang teman di daerah pekalongan, seorang
keturunan habaib. Mama pun diberi fotonya. Mamapun takjub bahwa yang difoto itu
memiliki wajah yang sama persis dengan wajah yang beliau lihat ditanah suci.
Beliaupun meminta alamat abah di pekalongan dan langsung meluncur ke Pekalongan
dengan ditemani oleh H. Zeni.
Mamapun
tiba di Pekalongan tengah malam, ketika semua penghuni rumah tidur. Beliau
mengetuk pintu, namun, Ibu Fatimah (Ibu Abah Ayip) tidak berani membukakan
pintu karena saat itu suaminya sedang tidak berada dirumah. Akhirnya mamapun
datang ke rumah kakak abah yang paling tua. Disana mama mengutarakan maksud dan
tujuan beliau datang ke Pekalongan. Setelah mengutarakan maksudnya mama pun
pamit pulang.
Pada
saat itu abah masih berada di Pesantren di daerah Banyuwangi untuk menimba
ilmu. Mengetahui kabar ada yang ingin melamar beliau, beliaupun bingung karena
kiai beliau di Banyuwangi pun menginginkan beliau menjadi menantu di pesantren
di Banyuwangi. Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tua, akhirnya beliau
pun memutuskan untuk meminta pendapat abah dan umi beliau. Abah beliaupun
menyuruh beliau untuk menerima pinangan dari Indramayu. Beliaupun patuh dan
menerima keputusan abah beliau. Setelah selesai dari proses belajar beliau di
Banyuwangi, beliau bersama keluarga pun berangkat menuju Indramayu untuk
melamar Hj. Masyitoh. Akhirnya keinginan mama pun terpenuhi memiliki menantu
yang dapat meneruskan perjuangan beliau.
PERANAN BELIAU DI LINGKUNGAN MASARAKAT PESANTREN
Menurut
beberapa sumber, bahwa peranan abah di lingkungan pesantren kurang begitu
terlihat oleh masyarakat desa. Hal ini karena sedikit dari mereka yang tahu.
Yang mereka ketahui hanyalah sebatas bahwa abah adalah pengasuh pesantren dan
menantu Mama yai Abdurrahman. Sedikit dari mereka yang mengetahui sepak terjang
beliau di tingkat Indramayu, kecuali mereka yang benar-benar dekat dengan
beliau. Diantara peranan penting beliau ialah :
1.
Beliau pernah menjadi Ketua Ittihadul Muballighin tingkat
Indramayu.
2.
Beliau pernah menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama (NU).
3.
Beliau Pernah menjadi Ketua Perguruan Pencak Silat Pagar
Nusa Cabang Indramayu, hal ini diperkuat dengan pernahnya diadakan Pelantikan
Pencak Silat di Pesantren. Namun karena tidak banyaknya catatan sejarah yang mencatat
itu semua, sehingga kapan tepatnya beliau memegang jabatan penting tersebut
tidak diketahui.
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL ‘ULUM SETELAH
KEDATANGAN BELIAU
Setelah
kedatangan abah ayip ke pesantren Miftahul ‘Ulum banyak kemajuan yang terjadi
di Pesantren Miftahul ‘Ulum. Diantaranya adalah:
1.
Sistem keorganisasian dalam perguruan mulai dibenahi
2.
Diadakannya sistem belajar malam atau musyawarah
3.
Mendirikan Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa.
4.
Mendirikan SMP & SMA Plus B.S. Miftahul ‘Ulum
Adapun kemajuan yang beliau peroleh dalam segi materi,
antara lain :
1.
Pembebasan tanah guna memperluas kompleks Pesantren.
2.
Pembuatan MCK untuk putra dan putri .
PROGRAM KHUSUS
Pada
tahun 1998, putra laki-laki pertama mama Abdurrahman, yakni H.Hasan Rahmat, Lc.
pulang dari proses belajar beliau di Damaskus, Syiria. Beberapa tahun menetap
di tanah air, beliaupun berkeinginan agar santri Miftahul ‘Ulum memiliki
kemampuan berbahasa. Tidak hanya bahasa Arab, namun juga bahasa Inggris yang
menjadi bahasa Internasional, meski pesantren Miftahul ‘Ulum berasaskan
Salafiayyah.
Berbekal
restu dari ayah beliau KH. Aburrahman Lathief selaku pengasuh pondok pesantren
serta izin dari KH. Ayip Abdullah Bsy. selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren
Miftahul ‘Ulum, beliau mulai merintis program bahasa di pesantren Miftahul
‘Ulum yang kemudian dikenal dengan Program Khusus (Takhosus).
Pada
saat itu jumlah santri yang mukim hanya berjumlah sekitar 30-35 santri putra
dan putri. Namun, setelah beliau mengadakan Program Bahasa banyak masyarakat
pribumi yang tertarik mengikuti program tersebut. Sehingga jumlah santri yang
mengikuti Program Takhosus waktu itu cukup banyak, mencapai 70 santri pa dan
pi.
Tahun
pertama berdiri, semua mata pelajaran pada program bahasa diajar langsung oleh
Ust. Hasan Rahmat, Lc. sendiri. Mulai dari mufrodat harian, durusul lhugoh
al-arobiyah, hingga muthola’ah. Mulai saat itu beliau mewajibkan agar semua
santri yang mengikuti program bahasa agar mengikuti jamiyyah maidah (organisasi
santri dibidang makan). Hal ini dimaksudkan agar santri yang mengikuti program
bahasa tidak terlambat datang kekelas hanya karena urusan makan.
Memasuki
pertengahan tahun beliau mewajibkan para santri yang ikut program bahasa untuk
berbaha arab dan inggris sebisa mereka perminggunya dan meninggalkan bahasa
jawa, serta bagi yang melanggar akan dikenai sanksi. Hal ini dimaksudkan agar
apa yang mereka peroleh dapat melekat dalam lisan mereka. Pada saat itulah
banyak dari santri yang memutuskan untuk keluar. Hanya beberapa dari mereka
yang tersisa.
Momen
Akhirussanah digunakan beliau sebagai sarana memperkenalkan Program Bahasa ini
kepada masyarakat luas. Pada saat itu, ditampilkan pidato bahasa arab, bahasa
inggris, puisi tiga bahasa. Akhirnya banyak masyarakat yang mengakui keberadaan
Program Takhosus ini, meski program tersebut berjalan baru satu tahun.
Memasuki
tahun kedua jumlah santri bertambah. Pada tahun ini H. Hasan Rahmat, Lc. mulai
dibantu dalam pengajaran. Santri takhosus tahun lalu yang naik kekelas II
diberikan mandat untuk mengajar santri kelas satu guna membantu beliau. Mereka
inilah cikal bakal Assatidz kepercayaan beliau dalam masalah bahasa.
PROGRAM BARU
Pada
tahun 2003, pihak pesantren memutuskan untuk mendirikan sekolah formal. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal.
Pertama,
jumlah santri yang mondok sekaligus sekolah formal lebih banyak dibanding
dengan santri yang datang hanya untuk mondok tok.
Kedua,
pada saat itu banyak dari kalangan santri yang tidak bisa mengikuti program
bahasa dengan alasan adanya Bimbel (Bimbingan Belajar) dari Mts, untuk
menghadapi Ujian Negara. Pihak pesantren mencoba untuk berdialog dengan pihak
Mts guna mencari solusi agar santri bisa tetap mengikuti program bahasa di
pesantren. Namun, pihak Mts bersikeras tidak mau mengubah program dengan alasan
mereka adalah sekolah formal sedang pesantren hanya lembaga swasta.
Atas
dasar faktor-faktor tersebut, juga masukan dari beberapa pihak, akhirnya pihak
pesantren memutuskan untuk mendirikan sekolah formal. Bekerjasama dengan pihak
SMP I Terisi, pesantren mengadakan Program Paket B, yang selanjutnya lebih
dikenal dengan nama Program Baru (PB)
SMP DAN SMA PLUS BOARDING SCHOOL MIFTAHUL ‘ULUM
Pada
tahun ajaran 2006-2007, siswa Program Baru angkatan ke-II tidak mengikuti
Program Paket B, melainkan hanya mengikuti Program PPS (Pondok Pesantren
Salafiyyah). Mendekati Ujian tingkat Nasional PPS, ada beberapa hambatan yang
terjadi. Diantaranya adalah ada 2 orang santri putri yang tidak dapat mengikuti
Ujian Nasional PPS dikarenakan faktor umur
yang belum memenuhi persyaratan.
Sekolahpun
mengadakan musyawarah, akhirnya setelah mengadakan pertimbangan yang matang,
pada tahun ajaran 2007-2008, SMP Plus Boarding School Miftahul ‘Ulum pun
berdiri, yang kemudian disusul dengan didirikannya SMA Plus Boarding School
Miftahul ‘Ulum
Alhamdulillah,
meski baru bediri 1 tahun, namun SMP Plus Boarding School Miftahul ‘Ulum dapat
langsung mengadakan Ujian Nasional sendiri. Sedang untuk SMA baru dapat
menelenggarakan Ujian Nasional sendiri 2 Tahun setelahnya.
Alhamdulillah selesai bi’aunillah di
Rajasinga, 25 Maret 2011
Ditulis oleh Santri Alumni Angkatan 2011
Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum
dari berbagai sumber.



Comments
Post a Comment